Gue mau memulai blogpost ini dengan template standar mba-mba selebgram review makanan: gue tuh biasanya nggak suka makanan manis!
Tapi suatu hari gue lagi kencan, dan kita tiba-tiba ingin sesuatu yang manis. Setelah muter sana-sini dan semua tempat rame, gue baru inget kalo gue pernah nge-save tempat sorbet di Instagram gara-gara liat mutual gue nge-post ini di story-nya. Akhirnya kita coba kesana dan untungnya, sepi! Langsung, deh, cus parkir.
Nama tempatnya adalah Paris Sorbet.
Tempatnya agak sedikiiiiit susah dicari. Nggak kecil, tapi nyempil. Kalo lo nggak specifically looking for this place, mungkin lo nggak akan ngeh sama keberadaannya (atau mata gue emang siwer aja). Bangunan kafenya sendiri terbagi 3 level. Lantai teratas itu salon Jepang, lantai dasar tempat Paris Sorbet, dan ada basement yang terbuka untuk parkir.
![]() |
source: @paris.sorbet |
Dari sebelum masuk, gue udah bisa ngintip interiornya yang didominasi warna putih gading lewat fasad depannya yang penuh jendela tinggi. Meskipun interior serba-putih biasanya terasa steril dan dingin, Paris Sorbet tetep kerasa homey karena lighting yang warm dan juga dekorasi rustic ala Mil & Bay di sudut-sudutnya.
Tempatnya cukup luas, dengan area display dan counter buat order di tengah ruangan. Seating areanya dibuat mengelilingi counter ini. Ada beberapa area dengan korsi rendah yang lebih santai, ada juga meja bundar cukup besar buat kalian yang dateng agak ramean.
Tentang Paris Sorbet
Dari penyajian sorbet dan penampilan sang chef, it is easy to guess that this is not just another sorbet place. Dengan pengetahuan kuliner gue yang ala kadar, gue merasa sorbetnya tuh delicately made dan kayak apa ya... fancy? Jadi gue kepo-kepo, dan ternyata ada cerita latar belakang berdirinya si Paris Sorbet ini di Instagram.
Long story short, the founders are French. Sacha, the chef, has a chocolatier degree, has worked for Arnaud Larher (one of the best French patîssier/chocolatier) and he learnt about ice cream and sorbet along the way. In the meantime, Jonas, whom held a degree in entrepreneurship has worked for one of the best French chocolatier, Jean-Paul Hévin. Setelah liburan di Indonesia dan jatuh cinta sama negara ini, mereka akhirnya mutusin buat bisnis bareng dan ngediriin Paris Sorbet, deh!
Menunya apa aja?
![]() |
source: @paris.sorbet |
Ya, dari namanya juga udah ketebak. Pastinya si Paris Sorbet ini jualan sorbet dan es krim yang harga per-scoop-nya Rp45.000. Selain itu ada menu Pâtisserie Jar (69k), Cake (35k), Milkshakes (55k), Fresh Juices (45k), plus kopi dan teh mulai dari harga Rp25.000. Oh, iya, ini menu untuk dine-in, ya. Mereka juga punya pilihan menu untuk home delivery, termasuk Sorbet Pints. Bisa dicek di Instagramnya @paris.sorbet langsung, ya.
So... How was it? Enak nggak?
Raspberry Sorbet (Rp45.000)
Deskripsi menu: fresh strawberry, vanilla chantilly, biscuit, raspberry nectar
Okeh. Jadi, kalo soal es-esan gue tuh selaluuu lebih suka rasa fruity, ketimbang rasa-rasa creamy susu. Makanya gue akhirnya milih menu ini. Nah, ini rasa fruity-nya cukup dominan: seger, asem, manis. If you're looking for something to cleanse your palate, this is the one. Rasa dominan asemnya tadi tuh ke-balance out sama biscuit base di bawahnya.
Gue mau disclaimer sedikit, karena kalimat gue berikutnya mungkin bakal kedengeran sok tau, nih...
Menurut gue, ya, makan sorbetnya Paris Sorbet itu satisfies all the senses. The pretty plating–mix of carefully scooped sorbet, resting under the bed of colorful crumbs–are definitely a sight for the sore eye. The subtle–but there–fresh smell of fruity sorbet and the sweet gourmand scent will undeniably inviting you to take a bite. The smooth, velvety, and cold sorbet–rendezvousing with crunchy and airy biscuit–the recipe for the perfect bite. And the taste, of course, is impeccable.
Intinya apa, bun? ENAAAAK banget!
Kadang kalo kita makan es krim dan kawan-kawan kan, yaudah gitu-gitu aja. Creamy, dingin, lumer di mulut. Sekalinya ada topping-nya, menurut gue jarang ada yang pairing-nya imbang. Ada yang misalnya pake brownies, tapi brownies-nya malah dry dan mouthful. Kayak pasangan yang dijodohin, tapi enggak cocok, rasanya pengen dipisahin aja! Makan esnya sendiri, topping-nya sendiri.
Ada juga yang topping-nya rame: biskuit, wafer, cokelat, meses! Tapi pas masuk ke mulut... kemana mereka semua? Kok nyaru aja di kunyahan?
Balik lagi ke Paris Sorbet, menurut gue sorbet dan base di bawahnya itu kayak sahabat yang kepribadiannya beda-beda–tapi pas ketemu you just clicked. Jodoh. Chemistry-nya dapet. Yang satu renyah, yang satu lembut. Gue juga bisa ngerasain masing-masing anggota di menu ini, nggak ada tuh yang cuma mempercantik tapi pas masuk mulut lebur, ilang, nggak berasa. Dan biskuitnya... ini biskuit apa sih??? Kok enak banget! It's very airy, light, and crumbly––in a good way.
Baked Apple Sorbet (Rp45.000)
Tau kan rasa baked apple yang manis, nyaman, and it just gives you some sort of nostalgic feelings because of how classic the taste is? Well, itu dia ilustrasi rasa yang gue temuin di Baked Apple Sorbet ini. It basically translates the taste of classic baked apple into a sorbet, except that it's served cold. Sebagai tim dessert dingin ketimbang anget, of course ini jadinya jauh lebih enak!
Suapan pertama gue disambut sama rasa cinnamon yang cukup dominan. Di suapan kedua dengan base yang lebih kecampur rata, gue bisa ngerasa karamel dari speculoos yang emang cocok berteman baik sama kayu manis. I don't really taste the lemon confit in it, but I guess that's how it's supposed to be–the lemon is there not to make you taste it, but to balance each scoop. Biar nggak 'mahteh', kalo kata orang-orang.
I can imagine picking this menu to your parents, aunts, or in-laws when you take them there. It's a safe choice that probably will get you "enak, kak, es krimnya yang waktu itu. mama mau lagi, dong" in the future.
Fun fact: gue dan pacar ternyata sama-sama lebih suka sorbet satu sama lain, jadi kita tukeran, HAHA.
![]() |
source: @paris.sorbet | putting this picture here so you know how pretty the sorbets are! |
Tiramisu Ice Cream (Rp45.000)
Lah, bukannya tadi cuma pesen 2? IYAAA. Awalnya sih gitu. Ternyata setelah ngabisin sorbet masing-masing, kita pengen nambah lagi. Jadi pesen 1 buat berdua, deh! Kali ini kita coba yang Tiramisu. Rasa kopi di tiramisunya cukup strong. Dari skala manis 1-10, es krim ini ada di skala 3-4. Perfect for those who aren't a sweet tooth and loves coffee.
It definitely was tasty, however it's not really our cup of tea. Enak, kooook, tapi gue pribadi emang lebih suka rasa manis-seger, ketimbang kopi. So, I personally would rather go with other flavor next time and YES there will be next time, definitely.
[UPDATE 2/6/2021]
Yoghurt Amarena (Rp45.000)
Akhirnya kita balik lagi ke Paris Sorbet setelah sekian lama! Kali ini, gue coba menu Yoghurt Amarena and it instantly became my newfound love!! Suapan pertama gue disambut sama rasa yogurt yang asem-manis. Seger! Kalo ada 1 pint es krim ini, gue cukup yakin bisa abisin sendirian dengan durasi yang sesingkat-singkatnya. Oh, iya, ada hint rasa ceri juga di yogurtnya sendiri.
Lanjut ke dasar yogurt ini, ya ampun... enaknya. It's the same biscuit from the other menu. Airy crumbly goodness that's ASMR worthy, complementing the sorbet perfectly. Cerinya juga enak banget!
Gue tuh pernah coba ceri merah gendut yang suka ada di blackforest cake, dan gue nggak terlalu suka. Tapi ceri amarena ini ternyata lezat sekaliiii. Cerinya warnanya lebih dark dan rasanya miriip banget sama obat demam Tempra–which I like very, very, much! Once, gue pernah bilang, 'coba aja ada minuman rasa Tempra...'. So you can imagine how happy I was when I tasted in on my ice cream!
Ah, pokoknya ini bener-bener enaaaak banget. I savor every bite, slowly. Tau 'kan, kalo lo lagi makan sesuatu yang enak, terus lo makannya jadi pelan-pelan banget–diresapin setiap kunyahannya? Yumz. Gue sampe agak terbutakan dan berencana buat makan ini doang setiap ke Paris Sorbet lagi, HAHA. Padahal pengen cobain yang lain juga.
Can't wait for my next visit!
—
Post a Comment